Begitu sering kita dengar dari para pakar.
Akupun berusaha untuk tidak under estimate terhadap anak-anak. Tapi sebagaimana ibu-ibu yang lain, kadang muncul juga yang namanya jengkel kepada anak.
"Duuh... Begini saja kog gak bisa sih??!... Begitu mungkin gerutuan sang ibu, paling tidak itu terlintas di benak tapi tak sempat terucap karena khawatir melukai anak dan menimbulkan perasaan 'rendah' kepada sang anak.
Seringkali pula aku mendengar keluhan sang ibu yang kurang puas terhadap prestasi anak-anaknya, dibandingkan dengan anaknya yang lain. Tapi aku yakin tiap anak punya kehebatan tersendiri. Kalaupun saat ini sang anak tidak terlihat berprestasi dibandingkan anak yang lain, itu adalah tugas kita untuk menggali potensi terpendam yang dimiliki sang anak.
Suasana belajar yang kondusif tentu sangat penting untuk perkembangan anak-anak kita. Memang sekolah yang bagus dengan fasilitas belajar mengajar yang memadai akan sangat membantu anak untuk belajar lebih baik. Kalau di kota besar kita bisa memilih sekolah bagus dengan 'harga' yang bagus pula, tentu tidak demikian bagi kita yang tinggal di desa. Tentu pilihan kita terbatas.
Apapun itu, di desa maupun di kota. Anak-anak akan tumbuh dengan baik di tangan-tangan sang ibu yang penuh dengan cinta.
Cinta sang ibu yang dengan sabar menghadapi kekurangan-kekurangan anaknya.
Cinta sang ibu yang dengan sabar dan ketelatenan membimbing anak-anaknya.
Cinta sang ibu yang dengan tulus menengadahkan tangan kepada Robb-nya untuk kebaikan anak-anaknya adalah mukjizat yang tak tertandingi.
Anak-anak yang dianugerahkan kepada kita, adalah anak-anak yang luar biasa. Anak-anak yang unik. Masing-masing anak pasti mempunyai kelebihan yang tersembunyi seandainya saat ini belum tampak. Adalah tugas kita untuk membantu menggali dan menemukan kelebihan yang dimiliki sang anak.
Jangan lukai anak-anak kita, kalau saat ini anak tak tampak seperti yang kita harapkan. Anak ibarat selembar kertas putih yang kosong. Kita yang membuat hitam putihnya sang anak.
Anak ibarat keramik. Sekali terjatuh dan pecah, keramik itu tak akan bisa kembali sebagaimana asalnya.
Berat sekali sebenarnya tugas kita sebagai orang tua kalau dipikir-pikir. Tapi kalau kita renungkan lagi, tidak ada yang sulit bagi yang dimudahkan oleh Allah.
Bagaimana agar dimudahkan oleh Allah senantiasa?
Kedekatan kita kepadaNYA-lah sebuah keniscayaan.
"Jadi Tin, Kalau kamu pengen dimudahkan segalanya oleh Allah, dekat-dekatlah sama DIA!"
Masak sih, aku mendekati Allah hanya karena pamrih ingin dimudahkan segalanya oleh Allah? Begitu perdebatan dalam batinku.
Tentu tidak, kita mendekati Allah karena kita adalah hamba yang lemah, tiada daya suatu apa. Dan DIA adalah yang maha segalanya. Hanya kepadaNYA-lah, tujuan kita. DIA punya tujuan, dan pastilah tujuan itulah yang terbaik untuk kita, kalau kita mengetahuinya.
"Selangkahku kepadaMU, seribu langkah KAU padaku"....
Begitu nasyid Raihan selalu menggema dalam relung-relung hatiku. Yang selalu meyakinkan aku, bahwa senantiasa ada DIA yang sangat mencintai kita. Mencintai keluarga kita. Komponen terkecil dalam sebuah negara. Yah, dari sinilah masa depan bangsa bermula.
Bismillah... La haula Wala Quwwata Illa Billah!