Selasa, 27 April 2010

Anak Dan Kasih Ibu

"Tiap-tiap anak itu unik dan cerdas"
Begitu sering kita dengar dari para pakar.
Akupun berusaha untuk tidak under estimate terhadap anak-anak. Tapi sebagaimana ibu-ibu yang lain, kadang muncul juga yang namanya jengkel kepada anak.
"Duuh... Begini saja kog gak bisa sih??!... Begitu mungkin gerutuan sang ibu, paling tidak itu terlintas di benak tapi tak sempat terucap karena khawatir melukai anak dan menimbulkan perasaan 'rendah' kepada sang anak.

Seringkali pula aku mendengar keluhan sang ibu yang kurang puas terhadap prestasi anak-anaknya, dibandingkan dengan anaknya yang lain. Tapi aku yakin tiap anak punya kehebatan tersendiri. Kalaupun saat ini sang anak tidak terlihat berprestasi dibandingkan anak yang lain, itu adalah tugas kita untuk menggali potensi terpendam yang dimiliki sang anak.

Suasana belajar yang kondusif tentu sangat penting untuk perkembangan anak-anak kita. Memang sekolah yang bagus dengan fasilitas belajar mengajar yang memadai akan sangat membantu anak untuk belajar lebih baik. Kalau di kota besar kita bisa memilih sekolah bagus dengan 'harga' yang bagus pula, tentu tidak demikian bagi kita yang tinggal di desa. Tentu pilihan kita terbatas.

Apapun itu, di desa maupun di kota. Anak-anak akan tumbuh dengan baik di tangan-tangan sang ibu yang penuh dengan cinta.
Cinta sang ibu yang dengan sabar menghadapi kekurangan-kekurangan anaknya.
Cinta sang ibu yang dengan sabar dan ketelatenan membimbing anak-anaknya.
Cinta sang ibu yang dengan tulus menengadahkan tangan kepada Robb-nya untuk kebaikan anak-anaknya adalah mukjizat yang tak tertandingi.
Anak-anak yang dianugerahkan kepada kita, adalah anak-anak yang luar biasa. Anak-anak yang unik. Masing-masing anak pasti mempunyai kelebihan yang tersembunyi seandainya saat ini belum tampak. Adalah tugas kita untuk membantu menggali dan menemukan kelebihan yang dimiliki sang anak.
Jangan lukai anak-anak kita, kalau saat ini anak tak tampak seperti yang kita harapkan. Anak ibarat selembar kertas putih yang kosong. Kita yang membuat hitam putihnya sang anak.
Anak ibarat keramik. Sekali terjatuh dan pecah, keramik itu tak akan bisa kembali sebagaimana asalnya.

Berat sekali sebenarnya tugas kita sebagai orang tua kalau dipikir-pikir. Tapi kalau kita renungkan lagi, tidak ada yang sulit bagi yang dimudahkan oleh Allah.
Bagaimana agar dimudahkan oleh Allah senantiasa?
Kedekatan kita kepadaNYA-lah sebuah keniscayaan.
"Jadi Tin, Kalau kamu pengen dimudahkan segalanya oleh Allah, dekat-dekatlah sama DIA!"
Masak sih, aku mendekati Allah hanya karena pamrih ingin dimudahkan segalanya oleh Allah? Begitu perdebatan dalam batinku.
Tentu tidak, kita mendekati Allah karena kita adalah hamba yang lemah, tiada daya suatu apa. Dan DIA adalah yang maha segalanya. Hanya kepadaNYA-lah, tujuan kita. DIA punya tujuan, dan pastilah tujuan itulah yang terbaik untuk kita, kalau kita mengetahuinya.
"Selangkahku kepadaMU, seribu langkah KAU padaku"....
Begitu nasyid Raihan selalu menggema dalam relung-relung hatiku. Yang selalu meyakinkan aku, bahwa senantiasa ada DIA yang sangat mencintai kita. Mencintai keluarga kita. Komponen terkecil dalam sebuah negara. Yah, dari sinilah masa depan bangsa bermula.
Bismillah... La haula Wala Quwwata Illa Billah!



Komedi di balik tragedi keponakanku yang lucu ^_^



Semalam dua ponakanku bermalam di rumahku. Seperti biasa sebelum tidur aku menemani mereka, bersama dua anakku juga. Kali ini aku ingin sekali mendengarkan si Lia keponakanku berceloteh dengan logat cadelnya yang lucu...
Tiba-tiba saja meluncur cerita lucu dari anak-anak ini. Setelah aku dengar celoteh para bocah ini, akhirnya aku susun cerita tersebut seperti di bawah ini.

Pagi itu Lia bangun agak kesiangan. Sedari tadi ibunya membangunkannya tapi Lia masih enggan tuk membuka matanya. Mungkin karena semalam tidurnya kelewat malam karena nonton televisi.

"Ayooo Lia, banguuun!! Sudah jam 6 lewat lho, nanti telat masuk sekolahnya"... Begitu sang ibu membangunkan si Lia yang sudah duduk di TK B ini. Mungkin tahun depan Lia akan tetap bertahan di TK karena umurnya masih terlalu muda untuk masuk SD. Jadi dia akan di TK selama tiga tahun. Seperti kakaknya, Wafda. Dulu juga begitu menghabiskan waktu tiga tahun di TK.

Lia masih enggan bangun juga. Lia masih terbuai mimpi di atas bantal bulu angsanya yang lembut. Dengan gigihnya sang ibu membangunkannya karena tidak ingin si mungil ini telat masuk kelas. Akhirnya si Lia pun bangun juga. Dengan tergesa-gesa si Lia mandi dan menyiapkan diri ke sekolah. Saking tergesa-gesanya si Lia lupa minta uang jajan kepada ibunya. Sang ibu-pun lupa karenanya.

Ketika jam istirahat tiba, Lia baru sadar kalau dia kelupaan untuk minta uang jajan kepada ibunya. Dengan gaya melow-nya dia bermaksud pinjam kepada Nabila temannya. Dengan logat cadelnya Liapun mengutarakan maksudnya.

"Mbak Nabil, aku pindem uang doong... atu lupa ndak minta uang tama ibuk, betok tak tembalitan"... (Mbak Nabil, aku pinjem uang doong.. aku lupa ndak minta uang sama ibuk, besok tak kembalikan). Ini anak cadelnya minta ampun lucunya. ^_^
Rupanya Nabila keberatan.
"Gak boleh, uang sakuku cuma dikit, aku pakai jajan sendiri aja kurang, maaf yaa!...
"Duh, gimana ya, padahal aku pengen jajan???.. Begitu pikir Lia.

Dengan gigih Lia berusaha pinjam kepada temannya yang lain. Aqil-lah sasaran berikutnya. Jawaban Aqil-pun ternyata tidak berbeda dengan jawaban Nabila. Kali ini Lia sedih sekali. Dia tidak tau harus berbuat apa lagi.
"Aha??!"... Muncul ide brilliant dari otak si Lia. Dia paham betul teman-temannya menyukai kertas-kertas harvestnya yang indah dan lucu-lucu itu. Dia berniat menawarkan kertas-kertas indah itu dengan harga Rp 500,00 per lembar kepada teman-temannya. Boleh juga nih anak ^_^. Aku sampai nahan tawa ketika menuliskan ini. ^_^

Dan tujuh lembar kertasnya sudah terjual dan berpindah tangan. Sekarang di tangan Lia sudah tergenggam uang Rp 3500,00. Angka yang tidak sedikit, mungkin hampir setara dengan uang sakunya selama 2 hari. Lia tersenyum lebar. Diapun bisa membeli permen lolipop kesukaannya.

Pulang sekolah, kakaknya Wafda-pun diceritain pengalamannya waktu di sekolah tadi.
Bukan alang kepalang kagetnya si Wafda begitu melihat kertas harvest kesayangannnya ikut terbawa sang adik dan ikut laku terjual. Memerah mata Wafda menahan tangis akibat aksi adiknya ini. Mirip cerita film India, Wafda sesenggukan menahan tangis sambil berkata kepada adik yang sangat disayanginya ini:

"Gimana toh Dik, itu kan kertas harvest yang bagus, itu kesukaanku, kog dijual dengan harga yang murah sih, cuma kamu hargai Rp 500,00??...
Dengan tanpa merasa bersalah dan berdosa si adikpun berkata kepada mbaknya dengan 'bijaksana'nya:
"Embaak.... Atu tuh ndak jual limalatus, atu dual halga selibu, tapi dapet dua!... (Embaak, aku tuh ndak jual limaratus, aku jual harga seribu, tapi dapet dua!...)

Huahaha.....sontak kami tertawa mendengar jawaban polos Lia tadi malam. Si Lia tersenyum kecut belum paham betul kenapa kami tertawa... Aku gemes sekali dengan ekspresinya.
Lucu-lucu!... Kecil-kecil jalan juga otak dagangnya. Memang orang sering menjadi kreatip saat masa-masa sulit. Dan itu terjadi pada Lia, keponakanku yang masih cadel nada bicaranya.

Pelajaran yang bisa ditarik dari cerita lucu ini:
1. Cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga. Lia besar di keluarga pedagang, jadi lazim kalau otak dagangnya jalan di saat-saat sulit seperti itu. ^_^
2. Blessing in disguised. Berkah mendapat uang saku lebih, dari kemalangan tidak membawa uang saku. ^_^
3. Komedi di balik tragedi. Bagi Wafda dan kita yang mendengar celotehnya. "Kasihan banget ya dik Lia Buk, kelupaan bawa uang saku??? Dan usaha dia untuk mendapatkan uang itu lho yang cerdik dan lucu". Begitu komentar Fida anakku dengan sendu disusul senyum terkembang di bibir-bibir mungil ini. Fida, Salman, Wafda dan Lia...

Rabu, 21 April 2010

Aku jatuh cinta lagi...


Aku jatuh cinta lagi
Untuk kesekian kali
Aku tak tau bagaimana ini bermula
Tapi aku begitu menggilainya
Hari-hariku sepi tanpa dia
Hari-hariku hampa tanpa dia
Jiwake kering, dahaga tanpa dia
Hariku serasa lamban dan berat tanpa dia
Hatiku penuh warna dengan memikirkan dia
Hidupku penuh asa bersama dia
Begitu indah merasuk sukma tatkala bersama dia
Apapun kulakukan untuk berasyik masyuk dengan dia
Sampai puncak ekstasi berkali-kali aku dibuatnya

Seperti kali ini
Hanya aku dan dia
Kucumbui dia dalam renyai hujan di kamar sunyi ini...
Yaah... hanya aku dan buku ini

Hujan sedari tadi membuat hatiku semakin...aaaghhh!!!.... ^_^

Renungan menjelang fajar



Sedari air wudlu membasahi wajah yang terkantuk-kantuk, sampai detik-detik menjelang kumandang adzan shubuh ini, kenapa fikiran dan anganku mengembara kemana-mana sampai negeri antah berantah yaa Tuhan?...
Ini ulah setan yang telah Kau beri tangguh untuk menggoda, atau memang diriku yang selalu mengkambinghitamkan hamba yang Kau beri tangguh itu?
Tuhan, aku selalu bilang cinta kepadaMu, tapi kenapa hatiku selalu tertuju kepada remeh temeh yang tak ternilai ini, yaa Tuhan?
Tuhan, aku ingin mendapat cintaMu...
Tapi bagaimana aku bisa mendapatkannya, kalau aku masih begini, yaa Tuhan?
Tapi aku selalu ingat kata-kata ini, yaa Tuhan...
"selangkahku kepadaMU, seribu langkah Kau padaku"
Tuhan...apa diri ini layak mendapat cinta agungMu?
Aku tidak ingin mencintaiMu sesederhana ini yaa Tuhan...
Apalah dayaku Tuhan...
Karena aku tak berdaya atas diriku sendiri
Aku tak punya kuasa
Hanya Kau yang kuharap, Tuhan...

Selasa, 20 April 2010

"Panggil aku Kartini saja"

Membaca surat-surat Kartini dalam buku ini membuatku merinding... Tatkala kubacakan suratnya kepada suamiku, aku tak kuasa tuk melanjutkannya...Ada yang menyesak di dada... Buliran-buliran bening tak kuasa aku tahan..

Benar-benar luar biasa wanita ini... Kalau Kartini tidak menulis, Kartini akan hilang ditelan masa. Dan kitapun tidak akan tau betapa hebatnya wanita ini. Pikiran-pikiran Kartini melewati usia dan masanya.

Seorang wanita, cucu dari seorang mandor tebu dari ibu bernama Ngasirah dari rakyat jelata. Sang ayah yang amat dicintainya itu adalah seorang asisten wedana ketika jatuh hati kepada sang ibu. Ketika Kartini berumur 2 tahun, barulah sang ayah diangkat menjadi Bupati Jepara. Sang ayah, R.M.A Sosroningrat tidak lain adalah putra P.A. Tjondronegoro, Bupati Demak.

Gaya bertutur Pram dalam buku ini, cara Pram menterjemahkan surat-suratnya terkesan Kartini banget menurutku. Kalau Kartini masih hidup dan membaca buku ini mungkin Kartini akan bilang ke Pram: "Pram, buku ini gue bangeeet!" ^_^. Tapi bisa juga Kartini akan bilang: " Sebagian memang sudah aku banget Pram, tapi ada hal-hal yang tidak kamu ketaui tentang diriku Pram". ^_^

Sayang, Kartini dipanggilNya di usia yang sangat muda. Tapi sepanjang usianya, Kartini sudah memberikan yang terbaik untuk 'nasion' ini. Lebih dari sekedar tokoh emansipasi wanita. Kartini adalah seorang pejuang, inspirator bahkan sebelum Budi Utomo lahir. Kartini yang prihatin dengan Agus Salim muda yang berada nun jauh di sana, jauh dari Kartini tinggal, karena pemuda ini gagal mendapatkan beasiswa untuk belajar ke luar negeri. Kartini di Jawa, Agus Salim di Bukit Tinggi sana, di kala itu, dimana info tidak semudah kita peroleh seperti sekarang. Tapi Kartini berpengetauan luas meski Kartini terkurung dalam tembok feodalisme keraton jawa.

Tentang manifes kepengarangannya. Kartini pernah bertekad. Tekad itu yang bisa kita kenang-kenang. "Aku yang tidak mempelajari sesuatupun, tak tau sesuatupun, berani-beraninya hendak ceburkan diri ke gelanggang sastra! Tapi bagaimanapun, biar kau tertawakan aku, dan aku tau kau tak berbuat begitu, gagasan ini tak akan aku lepas dari genggamanku. Memang ini pekerjaan rumit; tapi barang siapa tidak berani, dia tidak bakal menang; itulah semboyanku! Maju! Semua harus dilakukan dan dimulai dengan berani! Pemberani-pemberani akan memenangkan tiga perempat dunia!"

Luar biasa wanita ini. Banyak yang kita dapatkan dari sosok Kartini dalam buku ini. Sisi lain dari sosok Kartini. Buku ini mengungkap Kartini dari segi Psikologis. Pergoalakan batin Kartini, di tengah keluarga yang feodalis dan hidup di zaman imperialis. Kartini cerdas menyikapi keadaan, jujur terhadap kelemahan bangsanya dan bangga terhadap kelebihan bangsanya. Jujur dan kritis mengakui kelebihan dan kekurangan bangsa Eropa dimana Kartini banyak bersinggungan.

Tulisan Pramoedya Ananta Toer ini membuat mata saya terbuka akan sosok Kartini.
Walau banyak pendapat nyinyir dari sosok Kartini yang seolah menisbikan kepahlawanan Kartini, aku mahfum karena wanita adalah manusia yang tidak mungkin sempurna. Tapi apa yang telah Kartini lakukan pada usia dan masanya, sungguh tidak bisa dianggap remeh. Mengapa Kartini 'lebih' dibanding para pahlawan wanita lain? Pasti ini dikarenakan kehebatan Kartini dalam menulis. Sampai Belanda ingin pamer kepada dunia: "Ini lho hasil didikan Belanda, wanita yang dipingit dalam tembok feodalisme Jawa, sejak umur 12 tahun tapi bisa menghasilkan karya yang luar biasa". Kartini juga mahfum ketika surat-suratnya kepada sahabat penanya itu akhirnya dipublikasikan.

Dan seperti juga serat centhini yang juga dipublikasikan bukan oleh bangsa kita sendiri, tapi bangsa lain. Kenapa ya kita lamban dibanding negara lain, bahkan untuk mempublikasikan karya bangsa sendiri, kita selalu keduluan?..... 'Keduluan?'.... Hmm, apa iya keduluan?... Apa bukan karena kita yang tidak pandai menghargai jasa para pahlawan kita?... Atau jangan-jangan bangsa ini tidak menjadi bangsa yang besar karena kita tidak pandai menghargai jasa para pahlawannya??....

Jumat, 16 April 2010

G I G I L .....



Tubuhku menggigil
Tenggelam dalam samodramu

Jiwaku terbang
Hilang
Dan belum kembali

Sampai detik ini
Aku masih menahan gigil
Gigir dan getir

Haruslah berarti!


Hidup hanya satu kali
Haruslah dibuat berarti
Haruslah berarti
Karena aku tak ingin
Hanya menunggu mati
Sekedar meninggalkan tiga baris tulisan
Di batu nisan belaka

Sebagai Ibu
Ladangku terbentang luas
Bisa berarti
Sangat berarti

Kalau seorang Hitler bisa berkata :
"Seorang ibu yang mempunyai delapan anak-anak yang sehat
adalah lebih berjasa kepada Jermania
daripada berpuluh-puluh perempuan
yang bekerja di bidang politik
dan meninggalkan kewajiban-kewajiban mereka
sebagai perempuan".

Dan seorang Mussolini-pun berkata :
"Hanya rumah tangga yang mempunyai banyak anaklah
yang dapat mendirikan batalyon yang besar".

"Buat kedua diktator ini
tidak begitu susah untuk membasmi
penyakit perawan dewasa itu
hanya dengan 2-3 baris perkataan
yang dijalankan
selaku undang-undang negeri
dengan seketika"
Begitu tulis M. Natsir

Semua laki-laki yang berpengaruh di dunia
Lahir dari seorang insan yang bernama perempuan
Dari seorang ibu
Ya, seorang ibu

Buat diri yang seorang ibu...
Buatlah langit dan bumi menangisi kepergianmu
Dari tanganmulah bermula
Generasi masa depan tangguh tercipta



Kamis, 15 April 2010

"Putu Ayu di kantin sekolahku, dulu..."

Malam ini aku mendapat 'berkat'. Dalam kotak 'berkat' ini terdapat sepotong kue warna hijau cerah dengan taburan kelapa muda di atasnya. Kelapa mudanya tampak putih bersih sangat kontras dengan hijau cerahnya kue ini. Hmm...menatap kue ini sontak ingatanku terbang ke masa silam. Masa-masa sekolah dulu. Ketika aku duduk di bangku SMP. Aku suka sekali kue ini. Rasanya manis, gurih, lembut dan 'mlupur'.... ^_^

Terbang alam pikiranku ke sana. Di sebuah kelas...
Kelas yang terletak di depan sebuah kantin sekolah milik Bu Slamet, begitu penjaga kantin ini biasa disapa. Kantin dengan es teh plastiknya yang seringkali dipakai acara lempar-lemparan teman-teman laki-laki bercanda melepas kepenatan usai pelajaran olah raga.
Kelasku paling pojok dekat toilet sekolah yang suram dan seram. Tapi dalam toilet itu pula, aku pernah baca surat dari seorang teman laki-laki, beda kelas, beda sekolah, beda kota.... Iya, surat dari teman baruku yang merantau karena sekolah di kota lain. Surat yang dititipkan kepada kakak kelas ini sebenarnya tidak terlalu istimewa. Sebuah surat pada secarik kertas memo yang berupa surat perkenalan yang berisi nama dan alamatnya. Kalau di jaman sekarang surat-suratan sudah tidak jamannya lagi. Karena sekarang jamannya facebook,twitter dan sms-an via hp. Surat-surat sangat akrab di kehidupan remaja kala itu. Tiap Minggu aku selalu mendapat surat dan membalas surat-surat sahabat penaku.

Pernah suatu kejadian, aku mendapat surat buanyak sekali tanpa kenal pengirimnya. Berhari-hari surat-surat membanjiri rumahku. Apa pasal?... Dari surat yang kubuka barulah aku tau mereka mendapat alamat dan mengenalku dari sebuah harian. Sebenarnya aneh juga aku rasakan waktu itu, karena aku merasa tidak pernah diwawancarai seorang wartawan. Tapi tiba-tiba foto dan aktifitasku ada di harian itu. Hmm, siapa ya wartawan itu???... Sampai sekarangpun aku tidak tau dan tidak ambil pusing siapa wartawan yang nekad itu. Tapi di blog ini aku ucapkan trima kasih kepada mbak atau mas wartawan yang telah mewarnai masa laluku, dengan menjadi seleb dadakan. Lucu sekali kalau mengingatnya...^_^

Kembali ke kantin yang menjual putu ayu kesukaanku. ^_^
Kantin yang berseberangan dengan kelasku, yang tidak seindah kini kondisinya dulu. Walau tidak seindah kini, tapi tetap asyik untuk dikenang. Masa remaja memang selalu indah untuk dikenang.^_^
Di kelas itu, teman-teman laki-laki suka sekali menggodaku. Aku inget ada seorang teman. Sosoknya mungil, lumayan pinter karena NEM-nya di atasku, lucu, blak-blakan dan suka celometan menggodaku. Dia suka corat-coret mengungkapkan perasaannya di papan tulis. ^_^ Dia juga suka menyanyi soundtrack sinetron yang populer di masa itu. A C I... Aku Cinta Indartini... begitu kelakarnya memplesetkan Aku Cinta Indonesia. Membuatku tersipu malu dan geli mendengarnya. Lucu sekali yaa.. ^_^

Aku dulu pemalu sekali. Istirahatpun banyak aku habiskan di dalam kelas. Aku takut banget ke kantin ketemu teman sebaya dan kakak kelas berdesakan berebut membeli kue dan minuman di sana. Kata orang dulu aku cantik. Sekarang?.... cantik gak ya???...(sambil berkaca) ^_^.
Tapi justru dengan dengan kelebihan itu membuat aku tidak nyaman jadi pusat perhatian orang kala itu. Aku merasa menjadi pusat perhatian, padahal belum tentu diperhatikan ya?! ^_^
Berjalanpun aku jadi suka menunduk menatap lantai plester, jalan aspal, pasir, kerikil dan rumput terpaksa aku akrabi. Menyembunyikan mukaku yang...asli pemalu banget. ^_^
Membeli putu ayu-pun aku tak berani. Biasanya aku nitip ke mbak kost yang kakak kelasku juga. Jadinya aku menikmati kue kesukaan ini selepas pulang sekolah, di rumah kost. ^_^

Kalau orang bilang kecantikan itu berkah. Aku pikir kecantikan bisa berkah bisa juga tidak. Kalau tidak boleh dibilang musibah. ^_^
Cerita tentang wanita cantik yang berakhir tragis telah banyak ditoreh dalam sejarah. Tapi itu tidak menyurutkan seorang wanita untuk berlomba-lomba menjadi cantik. Icon kecantikan, ratu Mesir Cleopatra yang telah membuat julius Caesar dan Mark Anthony bertekuk lututpun berakhir tragis. Berapa banyak kisah wanita cantik abad ini yang tergelincir karena kecantikannya. Dari kecantikan Cleopatra sampai Maria Eva di abad ini tidak menjamin seorang wanita itu bahagia. Lantas kenapa wanita masih berlomba-lomba menjadi cantik???

Sejatinya menjadi cantik itu juga tidak nyaman. Seorang wanita yang cantik pasti ketakutan sekali jika mulai terlihat kerutan halus di wajahnya, kantong mata sudah mulai nampak dan badannya tidak seramping dulu. Berapa banyak rupiah yang dihabiskan demi mendapat penampilan yang selalu terlihat cantik. Mulai sedot lemak sampai pengelupasan kulit yang terkadang membuat wanita tersiksa. Apa yang dikejar wanita-wanita ini?... Termasuk saya kali ya? ^_^

Menjadi orang cantik itu beresiko tinggi.
"resiko orang cantik disukai banyak lelaki..."
Begitu syair lagu yang nyaring terdengar dari televisi akhir-akhir ini.

Memang sangat beresiko.
Pertama beresiko menjadikan kita sombong. Karena begitu seringnya kita dipuji. Padahal tidak akan masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji dzarah rasa sombong. Kedua, beresiko tergelincir ke dalam dosa karena banyak godaan. Karena seorang wanita cantik berkuasa apa saja dengan kecantikannya. Mulai menjadi penari striptis sampai menjadi apa saja yang tidak sampai hati aku menuliskannya di sini.
Ketiga, Beresiko dihinggapi ketakutan. Ketakutan kehilangan kecantikannya.
Pengelupasan kulit, bleaching gigi, program pengencangan kulit, suntik silikon, sedot lemak adalah sebagian kecil usaha wanita agar terlihat cantik senantiasa.
Biaya, waktu dan tenaga tak kurang dihabiskan demi mendapatkan kata ideal. Sungguh sesuatu beban dan gak nyaman menjadi wanita cantik kalau dipikir-pikir.

Alangkah nyamannya jika wanita cantik tidak peduli kecantikan lahir semata tapi lebih peduli pada kecantikan batinnya.
Alangkah indahnya jika para wanita cantik tidak mengumbar kecantikan fisiknya dieksploitasi kaum kapitalis dan tidak bersikap materialistis karena lebih menyukai kekayaan batinnya. Alangkah indahnya jika para wanita menutupi kecantikannya, karena pasti akan menentramkan hati, mata yang memandangnya.

Tapi sejarah telah mengabarkan. Bahwa kecantikan seorang wanita selalu menarik untuk dibahas. Kecantikan lahiriah selalu didamba. Padahal sesungguhnya kecantikan seseorang tidak menjamin kebahagiaannya.

Lalu... apa hubungan putu ayu di kantin sekolahku dulu dengan wanita cantik ya? ;-)
Keduanya sama-sama enak dipandang dan enak dinikmati. Tapi keduanya sama-sama tidak 'mengenyangkan'. Anugerah kecantikan tidak akan membuat kita 'kenyang' secara batin. Justru akan membuat kita kering dan dahaga batin jika tidak dibarengi dengan siraman jiwa yang mempercantik batin kita.

Jadi, menjadi cantik dan tidak cantik itu tidak penting. Yang penting adalah bagaimana membuat batin kita menjadi cantik. Membuat batin cantik senantiasa itu mudah dan tidak membutuhkan rupiah segepok. Selalu bersyukur, selalu ikhlas dengan apa yang ada, selalu belajar untuk memperbaiki kualitas diri adalah sebagian cara untuk menjadi 'cantik'.
Konon Cleopatra yang dalam film-film selalu diperankan wanita cantik di jamannya itu bukanlah seorang yang cantik lahiriah. Tapi dia adalah seorang wanita yang smart yang menguasai 7-9 bahasa. Namun tetap saja dia adalah wanita yang berakhir tragis karena 'cantik' nya.

Menjadi cantik atau tidak cantik itu tidak penting. Yang terpenting adalah adalah menjadi pribadi yang cantik.
Bagaimana menurut anda?


Jumat, 09 April 2010

Mencoba menulis....

Aku agak heran, kenapa akhir-akhir ini aku agak sulit menggoreskan pena. Ada inspirasi untuk menulis tapi kata-kata seolah susah mengalir.
Why???.... Ada apa???....
Entahlah... Tapi aku ingin menulis saat ini. Karena MENULIS kata orang yang sudah mendapat predikat sebagai penulis, itu kebiasaan bagus. Karena dengan menulis kita berfikir, dengan menulis kebiasaan membaca menjadi terpelihara. Dengan menulis daya pikir digunakan, perasaan dirawat, penyakit hati dan kerak-kerak pikiran terkikis, dengan menulis amarah reda.
Dengan menulis hal-hal yang tidak bisa disampaikan dengan lisan bisa ditulis. Menulis menyumbangkan peradaban, menulis bukan hanya katarsis dan perbaikan diri tapi berguna juga bagi orang lain.
Phwuiiihh!!!!.... hebat benar kata-kata ini. Benar-benar seorang penulis sejati kalau sampai bisa menghasilkan kata-kata seperti ini. Berarti jiwa kepenulisannya sudah teruji. Sudah pasti penulis ini sudah banyak menulis buku. ;-)
Aku sering terkesima dengan untaian kata yang mengalir indah yang digoreskan oleh sang penulis. Banyak sekali penulis-penulis bagus di negeri ini. Penulis-penulis yang smart. Dari penulis-penulis blog sampai penulis-penulis yang namanya tidak asing di telinga saya. Membaca tulisan-tulisannya bisa membuat saya terbang ke dunia lain, larut terbuai dan tenggelam dalam lautan kata-katanya. Hmm... benar-benar satisfied!.. ^_^

Akhir-akhir ini aku melihat profesi sebagai penulis mulai menarik hati beberapa kalangan. Terbukti banyaknya pelatihan-pelatihan untuk menjadi seorang penulis handal diselenggarakan oleh para penulis.
Tapi, apakah para penulis yang menjadi penyelenggara pelatihan-pelatihan itu menjadi 'berkembang' setelah melalui pelatihan-pelatihan seperti ini juga sebelumnya???...
Aku pikir tidak. Mereka menjadi penulis handal karena otodidak alias belajar sendiri.
Tetapi, memang gak ada yang salah jika mereka para penulis itu membuka pelatihan dan menarik imbalan dari pelatihan itu. Tidak ada yang salah memang. Terserah kita juga mau belajar sendiri atau ikut pelatihan. Semuanya terserah kepada kita.

Hmm... Sebenarnya aku tadi tidak berniat menulis tentang ini lho?!... ^_^ Sebenarnya ada yang menggelitik hati yang ingin saya bagikan. Tapi sudahlah lain kali saja saya tulis.
Kog jadi ngalirnya menulis tentang ini ya???.... Aku beri judul apa ya tulisan ini? ;-)

Rabu, 07 April 2010

Aku dengan Pre Menstrual Syndrom

Aku menangis lagi kemarin. Situasi yang secara teratur hadir dalam kehidupanku. Tiap bulan. Yach.. tiap bulan. Tiap bulan aku selalu bertemu dengan situasi yang sulit. Masa-masa yang sangat berat. Beraat sekali... Sentuhan ringan di hari-hari normal, bisa terasa sangat menyakitkan bila aku berada pada situasi ini.

Awalnya aku tidak sadari ini. Tapi berulangkali rasa ini hadir membuat aku tersadar inilah yang dinamakan PMS, Pre Menstrual Syndrom. Tepatnya lambat laun setelah punya anak tiga. Karena sebelum-sebelumnya aku tidak merasakan gejala seperti ini.
Apakah PMS itu?... Dan bagaimana rasanya menderita PMS tipe A, H, C, D?

Pre Menstrual Syndrom adalah kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstuasi wanita. Ini disebabkan faktor hormonal, karena ketikseimbangan hormon estrogen dan progesteron.

Guy E. Abraham membagi PMS berdasarkan gejalanya. Ada tipe A, H, C, D.

Jika seorang wanita saat PMS diliputi perasaan cemas, sensitif, perasaannya labil, dia digolongkan sebagai penderita PMS tipe A atau Anxiety.
Jika wanita saat PMS merasakan perut kembung, nyeri pada payudara, pembengkaakan tangan dan kaki, dia digolongkan sebagai PMS tipe H atau Hyperhydration.
PMS tipe C atau Craving jika si wanita dilanda rasa lapar, ingin makan yang manis-manis terutama coklat dan kabohidrat sederhana (gula).
Dan tipe D atau Depression, jika ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit mengucap kata (verbalisasi).

Nah, masuk kategori yang manakah PMS anda? ^_^
Rasanya... semua tipe itu ada padaku. Tapi yang paling menonjol terjadi padaku dan sangat menggangguku adalah type A dan D. Memang kebanyakan penderita tipe D selalu berkombinasi dengan tipe A. Perasaan cemas, sensitif kadang terjadi sebelum aku menstruasi, tapi kadang-kadang setelah aku menstruasi. Tapi seringnya setelah aku menstruasi. Kalau aku sedang PMS dan kebetulan belanja di pasar, pasti banyak belanjaanku yang tertinggal. ^_^. Bila ketemu aku ketika sedang PMS, siap-siap saja karena aku bisa sensitif sekali. Keluhan kecil sang anak bisa membuat aku merasa tidak berguna sekali. Kritik kecil suami bisa sangat menyakitkan hati dan bisa membuatku menangisi diri, meratapi nasib dan merasa kecewa luar biasa. Sangat tidak mudah menghadapi situasi ini....Bagaimana mengatasi situasi ini ya???...

Sebelum haid datang, biasanya aku menyibukkan diri dengan membaca Al Qur'an. Alhamdulillah ini sangat membantu. Tapi ketika sudah datang waktu haid, aku suka bingung karena aku masih gak nyaman kalau harus membaca Al Qur'an ketika sedang tidak dalam keadaan suci begini.
Ketika sedang dalam keadaan suci, aku bisa mengadukan masalahku kepadaNya. Aku bisa menangis dan menumpahkan 'beban' kepadaNya.
Tetapi ketika datang bulan sudah tiba dan PMS tiba-tiba melanda, aku bisa menangis dan dada terguncang hebat karena tangisan. Hmm...sampai sebegitunya yaa... Padahal kalau udah reda PMS nya, hari-hari normal lagi. Syukur alhamdulillah sejauh ini riak-riak kecil akibat PMS bisa aku tanggulangi. Tapi kalau sedang dilanda PMS itu lho...Waduuuh....Bener-bener rasanya ancuuur banget. Pff!!...
Konon meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium bisa mengatasi gangguan ini. Hmm... sepertinya aku harus mencobanya. :-)

Sabtu, 03 April 2010

"Ku harus tegar!"



Hatiku makin pepat
Tenggorokanku terasa cekat
Menelan kegetiran
Duka nelangsa menyayat jiwa

Oohh... hidup...

Aku tau ini kehendak-Mu
Meski ku belum tau
Ke arah mana ini kan menuju
Hanya Engkau yang tau

Aku harus tegar Yaa Robb...
Karena aku masih punya Engkau

Ku harus tegar Yaa Robb...
Karena ini takdir Engkau

Ku harus tegar Yaa Robb...
Karena aku mengharap Engkau.