Kamis, 15 April 2010

"Putu Ayu di kantin sekolahku, dulu..."

Malam ini aku mendapat 'berkat'. Dalam kotak 'berkat' ini terdapat sepotong kue warna hijau cerah dengan taburan kelapa muda di atasnya. Kelapa mudanya tampak putih bersih sangat kontras dengan hijau cerahnya kue ini. Hmm...menatap kue ini sontak ingatanku terbang ke masa silam. Masa-masa sekolah dulu. Ketika aku duduk di bangku SMP. Aku suka sekali kue ini. Rasanya manis, gurih, lembut dan 'mlupur'.... ^_^

Terbang alam pikiranku ke sana. Di sebuah kelas...
Kelas yang terletak di depan sebuah kantin sekolah milik Bu Slamet, begitu penjaga kantin ini biasa disapa. Kantin dengan es teh plastiknya yang seringkali dipakai acara lempar-lemparan teman-teman laki-laki bercanda melepas kepenatan usai pelajaran olah raga.
Kelasku paling pojok dekat toilet sekolah yang suram dan seram. Tapi dalam toilet itu pula, aku pernah baca surat dari seorang teman laki-laki, beda kelas, beda sekolah, beda kota.... Iya, surat dari teman baruku yang merantau karena sekolah di kota lain. Surat yang dititipkan kepada kakak kelas ini sebenarnya tidak terlalu istimewa. Sebuah surat pada secarik kertas memo yang berupa surat perkenalan yang berisi nama dan alamatnya. Kalau di jaman sekarang surat-suratan sudah tidak jamannya lagi. Karena sekarang jamannya facebook,twitter dan sms-an via hp. Surat-surat sangat akrab di kehidupan remaja kala itu. Tiap Minggu aku selalu mendapat surat dan membalas surat-surat sahabat penaku.

Pernah suatu kejadian, aku mendapat surat buanyak sekali tanpa kenal pengirimnya. Berhari-hari surat-surat membanjiri rumahku. Apa pasal?... Dari surat yang kubuka barulah aku tau mereka mendapat alamat dan mengenalku dari sebuah harian. Sebenarnya aneh juga aku rasakan waktu itu, karena aku merasa tidak pernah diwawancarai seorang wartawan. Tapi tiba-tiba foto dan aktifitasku ada di harian itu. Hmm, siapa ya wartawan itu???... Sampai sekarangpun aku tidak tau dan tidak ambil pusing siapa wartawan yang nekad itu. Tapi di blog ini aku ucapkan trima kasih kepada mbak atau mas wartawan yang telah mewarnai masa laluku, dengan menjadi seleb dadakan. Lucu sekali kalau mengingatnya...^_^

Kembali ke kantin yang menjual putu ayu kesukaanku. ^_^
Kantin yang berseberangan dengan kelasku, yang tidak seindah kini kondisinya dulu. Walau tidak seindah kini, tapi tetap asyik untuk dikenang. Masa remaja memang selalu indah untuk dikenang.^_^
Di kelas itu, teman-teman laki-laki suka sekali menggodaku. Aku inget ada seorang teman. Sosoknya mungil, lumayan pinter karena NEM-nya di atasku, lucu, blak-blakan dan suka celometan menggodaku. Dia suka corat-coret mengungkapkan perasaannya di papan tulis. ^_^ Dia juga suka menyanyi soundtrack sinetron yang populer di masa itu. A C I... Aku Cinta Indartini... begitu kelakarnya memplesetkan Aku Cinta Indonesia. Membuatku tersipu malu dan geli mendengarnya. Lucu sekali yaa.. ^_^

Aku dulu pemalu sekali. Istirahatpun banyak aku habiskan di dalam kelas. Aku takut banget ke kantin ketemu teman sebaya dan kakak kelas berdesakan berebut membeli kue dan minuman di sana. Kata orang dulu aku cantik. Sekarang?.... cantik gak ya???...(sambil berkaca) ^_^.
Tapi justru dengan dengan kelebihan itu membuat aku tidak nyaman jadi pusat perhatian orang kala itu. Aku merasa menjadi pusat perhatian, padahal belum tentu diperhatikan ya?! ^_^
Berjalanpun aku jadi suka menunduk menatap lantai plester, jalan aspal, pasir, kerikil dan rumput terpaksa aku akrabi. Menyembunyikan mukaku yang...asli pemalu banget. ^_^
Membeli putu ayu-pun aku tak berani. Biasanya aku nitip ke mbak kost yang kakak kelasku juga. Jadinya aku menikmati kue kesukaan ini selepas pulang sekolah, di rumah kost. ^_^

Kalau orang bilang kecantikan itu berkah. Aku pikir kecantikan bisa berkah bisa juga tidak. Kalau tidak boleh dibilang musibah. ^_^
Cerita tentang wanita cantik yang berakhir tragis telah banyak ditoreh dalam sejarah. Tapi itu tidak menyurutkan seorang wanita untuk berlomba-lomba menjadi cantik. Icon kecantikan, ratu Mesir Cleopatra yang telah membuat julius Caesar dan Mark Anthony bertekuk lututpun berakhir tragis. Berapa banyak kisah wanita cantik abad ini yang tergelincir karena kecantikannya. Dari kecantikan Cleopatra sampai Maria Eva di abad ini tidak menjamin seorang wanita itu bahagia. Lantas kenapa wanita masih berlomba-lomba menjadi cantik???

Sejatinya menjadi cantik itu juga tidak nyaman. Seorang wanita yang cantik pasti ketakutan sekali jika mulai terlihat kerutan halus di wajahnya, kantong mata sudah mulai nampak dan badannya tidak seramping dulu. Berapa banyak rupiah yang dihabiskan demi mendapat penampilan yang selalu terlihat cantik. Mulai sedot lemak sampai pengelupasan kulit yang terkadang membuat wanita tersiksa. Apa yang dikejar wanita-wanita ini?... Termasuk saya kali ya? ^_^

Menjadi orang cantik itu beresiko tinggi.
"resiko orang cantik disukai banyak lelaki..."
Begitu syair lagu yang nyaring terdengar dari televisi akhir-akhir ini.

Memang sangat beresiko.
Pertama beresiko menjadikan kita sombong. Karena begitu seringnya kita dipuji. Padahal tidak akan masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji dzarah rasa sombong. Kedua, beresiko tergelincir ke dalam dosa karena banyak godaan. Karena seorang wanita cantik berkuasa apa saja dengan kecantikannya. Mulai menjadi penari striptis sampai menjadi apa saja yang tidak sampai hati aku menuliskannya di sini.
Ketiga, Beresiko dihinggapi ketakutan. Ketakutan kehilangan kecantikannya.
Pengelupasan kulit, bleaching gigi, program pengencangan kulit, suntik silikon, sedot lemak adalah sebagian kecil usaha wanita agar terlihat cantik senantiasa.
Biaya, waktu dan tenaga tak kurang dihabiskan demi mendapatkan kata ideal. Sungguh sesuatu beban dan gak nyaman menjadi wanita cantik kalau dipikir-pikir.

Alangkah nyamannya jika wanita cantik tidak peduli kecantikan lahir semata tapi lebih peduli pada kecantikan batinnya.
Alangkah indahnya jika para wanita cantik tidak mengumbar kecantikan fisiknya dieksploitasi kaum kapitalis dan tidak bersikap materialistis karena lebih menyukai kekayaan batinnya. Alangkah indahnya jika para wanita menutupi kecantikannya, karena pasti akan menentramkan hati, mata yang memandangnya.

Tapi sejarah telah mengabarkan. Bahwa kecantikan seorang wanita selalu menarik untuk dibahas. Kecantikan lahiriah selalu didamba. Padahal sesungguhnya kecantikan seseorang tidak menjamin kebahagiaannya.

Lalu... apa hubungan putu ayu di kantin sekolahku dulu dengan wanita cantik ya? ;-)
Keduanya sama-sama enak dipandang dan enak dinikmati. Tapi keduanya sama-sama tidak 'mengenyangkan'. Anugerah kecantikan tidak akan membuat kita 'kenyang' secara batin. Justru akan membuat kita kering dan dahaga batin jika tidak dibarengi dengan siraman jiwa yang mempercantik batin kita.

Jadi, menjadi cantik dan tidak cantik itu tidak penting. Yang penting adalah bagaimana membuat batin kita menjadi cantik. Membuat batin cantik senantiasa itu mudah dan tidak membutuhkan rupiah segepok. Selalu bersyukur, selalu ikhlas dengan apa yang ada, selalu belajar untuk memperbaiki kualitas diri adalah sebagian cara untuk menjadi 'cantik'.
Konon Cleopatra yang dalam film-film selalu diperankan wanita cantik di jamannya itu bukanlah seorang yang cantik lahiriah. Tapi dia adalah seorang wanita yang smart yang menguasai 7-9 bahasa. Namun tetap saja dia adalah wanita yang berakhir tragis karena 'cantik' nya.

Menjadi cantik atau tidak cantik itu tidak penting. Yang terpenting adalah adalah menjadi pribadi yang cantik.
Bagaimana menurut anda?